ada yang asyik disaksikan
tapi gak usah dibilang
ada orang orang baik yang menyenangkan diperhatikan
tapi gak usah disampaikan
ada hal hal indah
yang kayanya, gak perlu dipertanyakan lebih lanjut.
biar saja begitu.
enak membiarkan beberapa hal,
tetap seperti bagaimana terlihat di awal
biar sampai akhir juga, rasanya tetap seperti awal.
habis, beberapa hal menjadi menjengkelkan setelah dicari tau,
dan beberapa hal lainnya jadi membosankan setelah jadi tau.
kadang penasaran,
lebih enak tetap jadi penasaran.
kadang gak tau,
lebih enak jadi gak tau.
biar skenario skenario baik terjadi sendiri.
dalam kepala sendiri, maksudku.
iya kan?
jadi, awal akan tetap jadi awal,
meskipun sudah berakhir.
ini gara gara bapak tua penjual buku bekas di suatu daerah di Jakarta Pusat.
Sore, dan playlist gatau kenapa terputar lagu lagu lokal indie yang manis manis
Lagu pertama tentang hujan, kedua langit senja, ketiga mimpi, sekarang tentang Jogja.
Wow?
Dia di seberang,
Gondrong, diikat satu.
Duduk dengan satu kaki disilangkan diatas yang lainnya.
Rokok di tangan kanan.
Barusan dia mengangkat tangan itu untuk merapikan rambutnya yang tertiup angin.
Angin disini lagi menyenangkan, ngomong-ngomong.
Baju hitam, celana abu-abu.
Dia mengobrol dalam jarak sopan dengan seorang gadis ber pashmina.
Gak keliatan sih dari sini.
Hanya terlihat punggung dan rambut gadis itu.
Barusan ada temannya datang lagi, mereka bersalaman.
Skenario ku,
Mereka berbincang tentang buku-buku menarik, yang tidak banyak diketahui orang.
Ah sayang sekali semua orang terlalu meributkan Dilan dan picisan, katanya.
Padahal ada ini,
Buku buku brilian, yang orang tidak punya cukup waktu untuk peduli.
Hanya karena orang-orang tak berbicara saja tentang mereka.
Dan karena mereka bukan tentang cinta.
Ah kalau tanya aku,
Mungkin cuma karena mereka sulit dipahami.
Dan lagi, beberapa hal lebih indah begitu gak sih.
Tidak dipuji semua orang, cukup orang tertentu.
Jadi keren ketika ada yang sama sama tau.
Paham kan?
“Kamu baca ini??? Wah aku juga!”
Nah begitu,
Kan manis.
Kembali pada aku disini,
Ah yasudah deh,
gak usah dilanjutkan.
Biar begitu.
Bapak buku bekas, kamu keren.
Dari aku yang di seberang sini menatap kamu.
Mungkin kalau aku mulai bertanya,
Kamu akan menjawab,
Dan aku mulai mengeluarkan kata kata bodoh yang aku sesali kemudian,
Dan kamu mulai menjawab hal hal pintar sedikit membingungkan yang aku pikirkan kemudian,
Dan mungkin percakapan menjadi aneh, membosankan, atau malah menyenangkan.
Aku tidak mau tau lebih,
Ini cukup.
Dalam frame : pohon rindang, gedung hijau, ubin abu abu, gadis kecil bertutu pink barusan berputar, buku buku bekas, angin, dan skenario di otakku.
Sudah cukup indah.
Tutup buku.
Ayo pergi.
Jangan sampai ada hal lebih lanjut, yang mengubah kesan pertama ini.
Biar rasanya selalu seperti awal, kataku
tapi gak usah dibilang
ada orang orang baik yang menyenangkan diperhatikan
tapi gak usah disampaikan
ada hal hal indah
yang kayanya, gak perlu dipertanyakan lebih lanjut.
biar saja begitu.
enak membiarkan beberapa hal,
tetap seperti bagaimana terlihat di awal
biar sampai akhir juga, rasanya tetap seperti awal.
habis, beberapa hal menjadi menjengkelkan setelah dicari tau,
dan beberapa hal lainnya jadi membosankan setelah jadi tau.
kadang penasaran,
lebih enak tetap jadi penasaran.
kadang gak tau,
lebih enak jadi gak tau.
biar skenario skenario baik terjadi sendiri.
dalam kepala sendiri, maksudku.
iya kan?
jadi, awal akan tetap jadi awal,
meskipun sudah berakhir.
ini gara gara bapak tua penjual buku bekas di suatu daerah di Jakarta Pusat.
Sore, dan playlist gatau kenapa terputar lagu lagu lokal indie yang manis manis
Lagu pertama tentang hujan, kedua langit senja, ketiga mimpi, sekarang tentang Jogja.
Wow?
Dia di seberang,
Gondrong, diikat satu.
Duduk dengan satu kaki disilangkan diatas yang lainnya.
Rokok di tangan kanan.
Barusan dia mengangkat tangan itu untuk merapikan rambutnya yang tertiup angin.
Angin disini lagi menyenangkan, ngomong-ngomong.
Baju hitam, celana abu-abu.
Dia mengobrol dalam jarak sopan dengan seorang gadis ber pashmina.
Gak keliatan sih dari sini.
Hanya terlihat punggung dan rambut gadis itu.
Barusan ada temannya datang lagi, mereka bersalaman.
Skenario ku,
Mereka berbincang tentang buku-buku menarik, yang tidak banyak diketahui orang.
Ah sayang sekali semua orang terlalu meributkan Dilan dan picisan, katanya.
Padahal ada ini,
Buku buku brilian, yang orang tidak punya cukup waktu untuk peduli.
Hanya karena orang-orang tak berbicara saja tentang mereka.
Dan karena mereka bukan tentang cinta.
Ah kalau tanya aku,
Mungkin cuma karena mereka sulit dipahami.
Dan lagi, beberapa hal lebih indah begitu gak sih.
Tidak dipuji semua orang, cukup orang tertentu.
Jadi keren ketika ada yang sama sama tau.
Paham kan?
“Kamu baca ini??? Wah aku juga!”
Nah begitu,
Kan manis.
Kembali pada aku disini,
Ah yasudah deh,
gak usah dilanjutkan.
Biar begitu.
Bapak buku bekas, kamu keren.
Dari aku yang di seberang sini menatap kamu.
Mungkin kalau aku mulai bertanya,
Kamu akan menjawab,
Dan aku mulai mengeluarkan kata kata bodoh yang aku sesali kemudian,
Dan kamu mulai menjawab hal hal pintar sedikit membingungkan yang aku pikirkan kemudian,
Dan mungkin percakapan menjadi aneh, membosankan, atau malah menyenangkan.
Aku tidak mau tau lebih,
Ini cukup.
Dalam frame : pohon rindang, gedung hijau, ubin abu abu, gadis kecil bertutu pink barusan berputar, buku buku bekas, angin, dan skenario di otakku.
Sudah cukup indah.
Tutup buku.
Ayo pergi.
Jangan sampai ada hal lebih lanjut, yang mengubah kesan pertama ini.
Biar rasanya selalu seperti awal, kataku
17 Juli 2018