Tuesday, July 31, 2018

b a r u s a d a r

Posted by Unknown at 6:14 AM 0 comments
ada yang asyik disaksikan
tapi gak usah dibilang
ada orang orang baik yang menyenangkan diperhatikan
tapi gak usah disampaikan
ada hal hal indah
yang kayanya, gak perlu dipertanyakan lebih lanjut.
biar saja begitu.

enak membiarkan beberapa hal,
tetap seperti bagaimana terlihat di awal
biar sampai akhir juga, rasanya tetap seperti awal.

habis, beberapa hal menjadi menjengkelkan setelah dicari tau,
dan beberapa hal lainnya jadi membosankan setelah jadi tau.

kadang penasaran,
lebih enak tetap jadi penasaran.
kadang gak tau,
lebih enak jadi gak tau.

biar skenario skenario baik terjadi sendiri.
dalam kepala sendiri, maksudku.
iya kan?
jadi, awal akan tetap jadi awal,
meskipun sudah berakhir.

ini gara gara bapak tua penjual buku bekas di suatu daerah di Jakarta Pusat.
Sore, dan playlist gatau kenapa terputar lagu lagu lokal indie yang manis manis
Lagu pertama tentang hujan, kedua langit senja, ketiga mimpi, sekarang tentang Jogja.
Wow?

Dia di seberang,
Gondrong, diikat satu.
Duduk dengan satu kaki disilangkan diatas yang lainnya.
Rokok di tangan kanan.
Barusan dia mengangkat tangan itu untuk merapikan rambutnya yang tertiup angin.
Angin disini lagi menyenangkan, ngomong-ngomong.
Baju hitam, celana abu-abu.
Dia mengobrol dalam jarak sopan dengan seorang gadis ber pashmina.
Gak keliatan sih dari sini.
Hanya terlihat punggung dan rambut gadis itu.
Barusan ada temannya datang lagi, mereka bersalaman.

Skenario ku,
Mereka berbincang tentang buku-buku menarik, yang tidak banyak diketahui orang.
Ah sayang sekali semua orang terlalu meributkan Dilan dan picisan, katanya.
Padahal ada ini,
Buku buku brilian, yang orang tidak punya cukup waktu untuk peduli.
Hanya karena orang-orang tak berbicara saja tentang mereka.
Dan karena mereka bukan tentang cinta.
Ah kalau tanya aku,
Mungkin cuma karena mereka sulit dipahami.
Dan lagi, beberapa hal lebih indah begitu gak sih.
Tidak dipuji semua orang, cukup orang tertentu.
Jadi keren ketika ada yang sama sama tau.
Paham kan?
“Kamu baca ini??? Wah aku juga!”
Nah begitu,
Kan manis.

Kembali pada aku disini,

Ah yasudah deh,
gak usah dilanjutkan.


Biar begitu.
Bapak buku bekas, kamu keren.
Dari aku yang di seberang sini menatap kamu.
Mungkin kalau aku mulai bertanya,
Kamu akan menjawab,
Dan aku mulai mengeluarkan kata kata bodoh yang aku sesali kemudian,
Dan kamu mulai menjawab hal hal pintar sedikit membingungkan yang aku pikirkan kemudian,
Dan mungkin percakapan menjadi aneh, membosankan, atau malah menyenangkan.
Aku tidak mau tau lebih,
Ini cukup.

Dalam frame : pohon rindang, gedung hijau, ubin abu abu, gadis kecil bertutu pink barusan berputar, buku buku bekas, angin, dan skenario di otakku.
Sudah cukup indah.

Tutup buku.

Ayo pergi.

Jangan sampai ada hal lebih lanjut, yang mengubah kesan pertama ini.
Biar rasanya selalu seperti awal, kataku


                                                                                                                                         17 Juli 2018

Thursday, June 7, 2018

h i l a n g

Posted by Unknown at 9:42 AM 0 comments
petang pukul 6. langit menggelap bersemburat oranye.

aku lihat kamu berjalan pelan, 
tertabrak orang lalu lalang,
pintu kereta berhenti tepat di hadapanmu.
kamu menyelip masuk.

lalu sesaat kamu bertemu mata dengan seorang bapak paruh baya. kemejanya biru tua, basah karena keringat di beberapa bagian, tangannya menggantung di pegangan kereta.
sedetik bertatapan, lalu matanya kembali menerawang ke luar jendela. 
kamu tetap diam memperhatikan.
sampai lalu kereta kembali berjalan, dan kamu mual melihat bola matanya yang berpusing seiring warna warna yang bergerak cepat di luar jendela, mengikuti laju kereta.

pasti dia lelah, pikirmu.
loh.
aku juga lelah, 
pikirmu lagi.
besok, di jam ini, kita juga akan sama sama lelah, 
pikirmu lebih jauh.
merindu kasur, air hangat, sepiring nasi hangat dan ayam goreng. 
oh ya, sambal dan kerupuk akan jadi pelengkap yang lebih baik.

sederhana.
tapi kamu bosan pada yang sederhana.
aku tidak paham.

sudah berapa sore? tanyamu.
sudah berapa sore kamu lupa, apa yang awalnya kamu cari.

sekarang aku diam.
bertanya-tanya.

memangnya kita masih mencari?
November, 2017

Tuesday, June 5, 2018

menulis tanpa berpikir.

Posted by Unknown at 6:02 AM 0 comments
manis sekali.
berlari kencang lalu tenggelam dalam ombak
lalu jadi apa ya kalau warna biru dan pink dan hijau dicampur bertabrakan?semoga bukan jadi cokelat. 

kenapa ya manusia harus berbicara
harus punya bahasa
harus berinteraksi
meskipun mungkin dia lagi gak pengen pengen banget.
kenapa ya menyenangkan melihat orang yang gak sadar kalau sedang dilihat
kenapa ya kita peduli? 
sama orang lain
sama gimana orang lain menilai kita
sama seperti apa ya kita di pikiran orang lain

manis sekali, hidup ini
ya kalau lagi senang sih.
kalau lagi kesal,
mengesalkan sekali, hidup ini.

semakin kita bertambah tua,
kita akan bosan gak ya…
sama hidup?
semua peristiwa akan terasa berulang gak?
semua masalah akan terasa monoton gak?
ah, yaudah paling solusinya kalo gak gini,
ya gitu.
paham kan?
de javu. 

enak banget tau,
ngomong sendiri, bertanya-tanya sendiri,
bingung sendiri, abis itu kesel sendiri

oh. manis sekali juga,
mendalami rasa sedih.
duduk diam dengerin lagu sedih dan nginget2 hal sedih.
normal gak sih?
terasa…hidup aja gitu.
tapi kalau lagi senang, gak enak sendirian.
diantara semuanya,
yang paling ga enak, ketika lagi merasa…ga apa apa.
gak seneng seneng banget, tapi gak sedih sedih banget juga.
jujur paling takut.
menjalani hidup tanpa tau harus merasa apa.

kita ngomongin apa lagi ya?
langit?
ah sudah terlalu sering ya ngomongin langit.
nanti dia bosan.
padahal sih saya engga.
cita cita reinkarnasi : jadi langit, angin, atau malaikat.
tentang yang terakhir,
jadi malaikat itu enak.
punya alasan legal buat peduli dan jagain orang lain.
gak bakal ada yang nuduh malaikat sok baik.
karena mereka emang baik (kayaknya sih).
malaikat bisa terbang.
cuma sayangnya, malaikat ga keliatan.
jadi tiap dia berbuat baik, kita gak akan makasihin dia,
karena kita mikir, yang hebat itu kita, bukan dia.
so, makasih ya malaikat :)

kadang, suka mikir.
mana pikiran yang benar mana yang engga.
pernah gak kaya gitu?
suka bingung juga, mana perasaan yang benar benar sedang dirasakan, mana yang cuma…kita pikir harus dirasakan di momen itu.
gakpapa gak sih?
ini namanya mencari  jati diri, atau simply bodoh aja?

ohya btw, suka deh perasaan, lagi di tengah keramaian, tapi ga ada yang peduli sama kita.
jadi kaya banyak temennya, tapi kita terserah ngapain gitu jadi gausah mikirin orang lain.
barusan nyanyi2 sendiri pake headset. gak ada yang nengok.
so fun. rasanya kaya lagi pake jubah gaib harry potter.

nulis bebas gini tuh enak.
tau gak kenapa?
karena gak harus mikir, apakah ini hal yang benar untuk dikatakan.
gak harus mencari mata lawan bicara.
gak harus insecure tentang : gimana sih menemukan kata yang tepat buat ngegambarin apa yang emang dirasain / kayaknya lawan bicara gue ga peduli2 amat sama apa yang gue omongin / astaga useless banget gue apasih yang gue omongin barusan / astaga astaga plis puter ulang waktu kayanya harusnya gue ga ngomong gitu. / AH harusnya gue diem aja dr awal.

haha.
kayak gitu gak sih?
engga juga ya?

yasudah,
akan saya biarkan tulisan ini berakhir menggantung.

dadah!

Mei 2018,
Starbucks baru di Cibubur,
ngepost tanpa dibaca ulang, jadi mungkin nanti akan nyesel



Sunday, July 20, 2014

suatu pagi di masa sekolah.

Posted by Unknown at 11:35 AM 0 comments

yang aku rindu,
panggilan adzan subuh,
membelai telinga, membisikkan sapaan
untuk keluar dari alam mimpi
pertanda satu lagi pagi telah dimulai.

yang aku rindu,
tetes air dingin yang mengguyur tubuh,
menyegarkan, membuka mata untuk bersiap menjalani hari

yang aku rindu,
menjejakkan kaki keluar halaman rumah,
disambut senyum dingin bulan yang masih menggantung di langit,
secercah semburat fajar mengintip di ujung langit,
sebuah motor yang siap mengantar menembus pagi yang menggoda

yang aku rindu,
menembus kabut pagi, dingin yang menembus tulang,
penyesalan lupa membawa jaket untuk kesekian kalinya,
gigi yang bergemeletuk,
kepala yang mengangguk menahan kantuk,
motor yang meliuk di jalan raya,
kilatan lampu-lampu berkelibat di sela-sela pelupuk mata yang hampir menutup

yang aku rindu,
hiruk pikuk pagi di stasiun,
duduk sendiri di ujung peron,
manatap keramaian,
mengamati yang  berseragam,
menghirup aroma berbagai harum parfum yang melebur menjadi satu
menatap kerikil tajam berserakan di rel yang bergetar tiap kereta mendekat

yang aku rindu,
suara sirine palang kereta api di kejauhan
disusul klakson kereta yang mendekat memasuki peron
suara malas petugas kereta yang memberitakan kedatangan kereta
"Yak, Jalur dua dari arah utara, KRL ekonomi tujuan Bogor, penumpang yang hendak naik harap bersiap-siap jangan sampai ada barang yang tertinggal di peron stasiun"
senyum  terulas di bibir,
menatap puas gerbong-gerbong kereta yang kosong
tersenyum mengejek ke arah jalur seberang yang selalu dihampiri kereta yang penuh hingga ke atapnya oleh tumpukan manusia
melompat sedikit sela antara peron dengan kereta,
dengan rasa mencelos yang sama pada jantung tiap kali melompat masuk ke dalam kereta

yang aku rindu,
jendela yang kosong terbuka, pintu yang berupa lubang menganga membuka.
desingan suara kereta, menghalau keheningan pagi

yang aku rindu,
hembusan angin.
angin yang tiap pagi meniup kencang helaian rambut, terkadang meniup rok seragam kotak-kotak SMA tersayang..
angin yang seringkali meniupkan tiket kereta yang kupegang erat, hingga terbang entah kemana
angin yang membuatku sibuk menahan rambut dan rok, sehingga melupakan pergerakan kereta yang membuatku terhuyung
angin yang dingin,
namun menghangatkan hati.
angin yang selalu menyapa lembut, menemani perjalanan ku menembus pagi yang kini telah berwarna semburat pucat terang

yang aku rindu,
pemandangan di luar kereta,
yang semakin berpusing cepat seiiring kereta yang bertambah cepat
pusaran warna, sapuan aroma pagi, hentakkan kereta
makian halus manusia setiap kereta mengerem
suara toa tiap stasiun yang disinggahi
manusia yang masuk dan keluar silih berganti
pelajar berseragam
ibu-ibu membawa sayur mayur
pengamen buta dengan anak-anaknya
bapak bapak berbau asam campuran bau rokok dan sekilas alkohol
dan, teman-teman satu sekolah tersayang.

yang aku rindu,
campuran perasaan yang teraduk,
malas harus kembali menghadapi sekolah dan seabrek pelajaran
bosan dengan rutinitas sebagai pelajar, bosan dengan rutinitas sebagai remaja
lelah belajar, lelah mendengarkan penjelasan guru, lelah dengan makanan kantin.
(kenapa makanan kantin semua rasanya hambar?Mahal pula.)
pergumulan batin. tipikal anak SMA.

yang aku rindu,
pemikiran yang selalu datang di ujung perasaan muak,
"haruskah hari ini kabur saja?pergi mengikuti kemana arah kereta, tak usah turun. Toh, masih banyak hari sekolah yang menunggu"
tapi, tentu saja.
tidak pernah punya cukup keberanian untuk benar-benar melakukannya.
semua akan berjalan, persis seperti setiap harinya.
turun di stasiun Bogor
menyerahkan tiket pada petugas (atau menyelip diantara keramaian orang ketika tiket hilang entah kemana)
berjalan kaki menuju sekolah (atau naik angkot jika malas berjalan)
lalu. tentu saja.
ya,
sekolah.

oh ya, hampir lupa
tentu aku juga rindu,
para penjual bunga di dekat stasiun itu
dengan aroma harum mawar segar setiap paginya
campuran buket-buket bunga dengan warna terang dan warna pastel
karangan bunga. tangkai-tangkai bunga. timbunan kelopak bunga.
manis.
menyatu dengan dinginnya pagi, semburat sinar matahari.
aromanya berduet dengan aroma embun pagi.
warnanya kontras dengan ruko kelabu tempat mereka dijual
cantik.

pada ujung perjalanan aku selalu sadar,
yang paling ku suka dari sekolah : perjalanan menuju sekolah

yah,
yang aku rindu,
suatu pagi di masa sekolah.
 

YOU ONLY LIVE ONCE Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos